living life and love to the fullest...

Saturday, July 12, 2008

Love is more than a feeling, it’s a commitment


Minggu lalu seorang mantan klien ngajak ketemuan, rupanya dia pingin curhat… Dia tak lagi menjadi klien karena kini telah berwiraswasta dengan membuka 2 buah distro (distribution outlet) di Bandung. Bisnis distro ini memang makin marak, apalagi karena dukungan kuat dari pemerintah dalam mengembangkan industri kreatif.

Mantan klien itu, sebut saja si CR, curhat mengenai hubungannya dengan suaminya yang telah 7 tahun dinikahinya dan telah memberinya 2 orang putra. Ia kini telah berpisah dengan suaminya, walaupun belum resmi bercerai. Ia memutuskan berpisah karena tidak menemukan kebahagiaan yang seutuhnya. CR merasa empty... Hidupnya sebagai seorang istri, ibu dan pengusaha memang dapat dilakoninya dengan sangat baik, tetapi ada kekosongan dalam lubuk kecilnya…

“Dulu sebelum nikah gue punya pacar lain. Tapi akhirnya gue putusin nikah dengan tuh orang. Dulu sebenarnya gue bingung banget mutusin nikah dengan suami gue yang sekarang atau dengan mantan gue itu. Masing-masing ada plus minusnya, dan masing-masing buat gue bahagia dengan cara yang beda,” tuturnya.

“Suami gue yang sekarang bisa muasin otak kiri gue. Mantan gue itu bisa muasin otak kanan gue…”

Saya sempet bingung dengan statement nya ini. “Maksudnya kalau dari segi logika (otak) yang unggul suami yang sekarang, dan kalau hati yang bicara yang unggul si mantan?” tanya saya kebingungan.

“Hati gue sih sama-sama aja. Cinta-cinta aja sama dua-duanya… Tapi, gue rada bingung juga.. Cinta itu apa yah? Bukannya logika dulu baru cinta? Bukannya cinta bisa diciptakan setelah hubungan mulai?”

Duh, ini pertanyaan klasik yang teori-teorinya terus digosok melalui tulisan, film, novel dan aneka media yang dapat mengungkapkan perasaan manusia. Saya sendiri bukan seorang expert dalam konsep asmara karena menurut saya love is a matter of doing, not a theory.

Intinya CR tidak melihat cinta sebagai suatu dewa yang patut diagungkan. Dia menyukai keduanya (suami dan mantan kekasihnya) dan menyayangi keduanya. Dan akhirnya dia memutuskan menikahi suaminya yang sekarang.

Sampai di sini cukup clear, tapi, apa yang dimaksud dengan memuaskan otak kiri dan otak kanan?

Ternyata CR memiliki hidden ambition yang ingin cepat-cepat diwujudkan. Ia jenuh bekerja sebagai PNS selama 10 tahun. Jenuh dengan birokrasi dan KKN. Rasanya 2 hal ini paket wajib yang masih melekat di organisasi pemerintahan kita. Entah sampai kapan… CR berpikir suaminya yang sangat mapan itu pasti akan dapat membantunya mewujudkan ambisinya membuka butik. Dan memang benar, impiannya itu dapat tercapai. Kini 2 buah butik distro dimilikinya. Dan ia tengah merintis yang ketiga.

Ini yang disebut dengan memuaskan otak bagian kiri versi CR. “Bukannya mantan gue gak bisa penuhin itu, tapi kayaknya bakal lama. Mungkin baru 5 tahun lagi kesampean…”

Walaupun demikian, masih ada sisi kecil di hati CR yang merindukan mantan kekasihnya, “Mantan gue itu gila banget. Lucu banget. Baek banget, kagak suka bentak-bentak, gak kayak suami gue ini. Mantan gue suka punya ide gila dan orangnya spontan. Dia pernah mo nunjukin sesuatu di Belitung. Karena pingin banget, langsung aja kita ke bandara, beli tiket dan pigi. Gila kan?! Pokoknya dengan dia sisi wild gue bisa tersalurkan! Sisi kreatif gue bener-bener terpuaskan!” Ucapnya sambil tersenyum dengan mata berbinar-binar.

Hmm… dia benar-benar masih mengingat mantannya…

“Coba aja mereka berdua bisa digabung. Wah, bahagia banget gue! Or at least gue bisa nikahin keduanya. Poliandri boleh kan? Hahaha…”

Saat meminta masukan dari saya, terus terang saya gak bisa bicara banyak. Saya cuma bisa bilang bahwa pertama-tama dia harus mengucap syukur karena berhasil menemukan orang-orang yang dapat membuatnya bahagia.. Ada banyak orang yang gak atau belum menemukan pujaan hatinya. Banyak orang yang masih menanti…. Dan CR juga perlu bersyukur karena dapat menikahi salah satu pujaan hatinya. Menikah dengan orang yang ia sayangi. Ada banyak orang yang menikah karena terpaksa, menikah dengan orang yang gak disukai.

Selain itu, gak semua yang kita inginkan dapat terwujudkan kan? CR menginginkan kedua pria itu digabung, gimana cara ngegabunginnya? Atau, ia pingin menikahi keduanya. Apa suaminya yang sekarang bakal setuju dijadiin suami kedua? Pasti gak mau.

Dan untuk memilih satu diantaranya, menurut saya CR telah membuat keputusan 7 tahun yang lalu. Ia memilih menikahi suaminya yang sekarang. Keputusan ini adalah suatu komitmen, yang harus ia pegang teguh. Apalagi CR memutuskan menikah dengannya. Menikah kan komitmennya seumur hidup…

Memang sih, CR merasa empty karena ia merindukan sosok mantannya yang bisa memicu adrenalin berpetualang dan kreatifitasnya. Dan sosok itu tak ia temukan dalam diri suaminya. Tapi seharusnya CR menyadari ini 7 tahun yang lalu, saat ia membuat keputusan. Yang ia alami sekarang adalah konsekuensi dari pilihannya.

“Emang gue salah ya sayang sama 2 pria sekaligus? Emang gue salah ya kangen dengan mantan gue?” tanyanya dengan wajah sedih bercampur bingung.

Menurut saya, CR gak salah jatuh cinta dengan 2 pria sekaligus karena memang kita gak bisa nebak akan jatuh cinta sama siapa. Dan sekedar kangen dengan mantan sih gak ada masalah, tetapi bila masih menyimpan rasa ingin memiliki, itu yang perlu diwaspadai.

CR terdiam, wajahnya makin sedih. Tapi tiba-tiba dia mengalihkan pembicaraan ke urusan operasional bisnis. Meminta berbagai nasihat termasuk mengajak join di bisnis butiknya. Seakan ingin berlari dari masalah cintanya dengan menyibukkan diri dalam bisnis. Mengisi kekosongan hati dengan bisnis.


:: rombengus 120708

d