rombengus and the stories

living life and love to the fullest...

Thursday, April 02, 2009

Corong bagi si tangan kiri

Dalam hal memberi sering kita dengar istilah ‘saat tangan kanan
memberi, tangan kiri gak perlu tau’.  Walaupun dalam beberapa kondisi
jarak antara tangan kanan dan tangan kiri saling berdekatan, misalnya
saat melipat tangan, tetapi pada saat memberi tangan kiri tak perlu
tau.

Hal itu disebabkan diperlukan ketulusan dalam memberi, bukan mengambil
kesempatan untuk mempublikasikan diri dari pemberian tersebut. Namun
dalam kondisi tertentu, kita seringkali berperan menjadi si tangan
kiri, atau corong bagi si tangan kiri…

Misalnya saja si Garu yang suka membantu keluarganya dengan memberi
mereka uang. Karena karakternya banyak bicara, setiap pemberian ia
ceritakan ke orang-orang di sekitarnya. “Gue abis kirim uang nih buat
nyokap,” ujarnya suatu kali. “Gue mo bayar uang sekolahnya anak asuh
dan ponakan gue nih,” atau “Iya nih, sodara di kampung perlu duit,
jadi gue kirim aja.”  Pernyataan itu kemudian direspon oleh
teman-temannya, sehingga Garu terpancing untuk menceritakan hal itu
sedetil-detilnya…

Hebatnya lagi, teman-teman si Garu juga tipe yang talk active alias
tukang gosip sehingga berita itu tersebar seantero jagat. Garu pun
terkenal sebagai seorang gadis yang dermawan, suka membantu keluarga.
Dalam hal ini, secara sadar atau tidak, teman-teman Garu telah menjadi
corong bagi si tangan kiri…

Di sisi lain, Plingpling juga terbeban membantu keluarganya, tetapi ia
tak pernah memberitakannya ke orang lain. Ia membantu mulai dari
belanja bulanan ibunya, bayar listrik, telepon, pam, ongkos ayahnya,
dsb. Tetapi karena Plingpling diam dan sama sekali tidak memberi
peluang bagi tangan kiri untuk tahu dan berkicau, image Plingpling
hanyalah dianggap sebagai ‘orang biasa’ di mata teman-temannya, tidak
dermawan seperti si Garu.

Padahal kalau dihitung nominalnya, Plingpling memberi jauh lebih besar
dari Garu. Setiap bulan rata-rata Garu memberi 500 ribu dari gajinya
yang 5 juta untuk keluarganya, atau sekitar 10% dari total
penghasilannya. Sementara Plingpling memberi 1 juta dari
penghasilannya yang 3 juta rupiah, atau sekitar 35%. Tapi, again,
orang-orang tak tahu hal ini karena Plingpling diam dan memberi dengan
tulus. Sudah menjadi bagian dari dirinya untuk membantu keluarga,
tanpa perlu mengekspos diri agar dipuji dari pihak luar.

Makna dari kisah ini adalah peran kita sebagai teman. Kadang tanpa
sadar kita membiarkan si tangan kiri show off. Saat Garu mulai
menceritakan berbagai pemberiannya, sudah sepatutnya kita senyum saja,
tanpa perlu bertanya detil (jangan beri kesempatan si tangan kiri
pamer). Paling sekedar bilang, “Baguslah, berkat memang untuk dibagi…”

Dan kadang kita malah menjadi corong bagi si tangan kiri. Untuk kasus
Garu misalnya, saat tau bahwa ia sering membantu keluarga, kita malah
menyebarkan hal itu ke orang lain, “Si Garu tuh baik baek suka bantu
keluarganya,” atau “Garu  perlu dicontoh, dia mau bayarin sodaranya,
ibunya, dll. Hebat deh dia.”

Hal memberi adalah hal pribadi seseorang dengan pihak yang diberi, dan
dengan Tuhan yang mengajarkan proses memberi. Jangan biarkan proses
ini terganggu ketulusannya dengan peran negatif dari diri kita.


rombengus310309

Sunday, December 14, 2008

Magya & Ceska (part 1)

Magya dan Ceska kedua pribadi yang sangat berbeda walaupun keduanya berasal dari negara pecahan Rusia dan sama-sama berprofesi sebagai instruktur balet di sebuah institusi balet terbesar di Rusia. Magya mengajar balet modern dan Ceska mengajar balet klasik.

Ceska seorang yang pendiam, sedikit misterius dan suka mengamati, terbiasa menganalisa segala sesuatunya hingga detil dan bermakna. Ceska susah sekali percaya dengan seseorang, ia butuh data dan analisa yang mendalam sebelum kepercayaan itu dapat diberikan. Sementara Magya seorang yang easy going yang berusaha membalikan berbagai kesusahan hidup dengan tawa keceriaan. Bagi Magya hidup sudah terlalu susah, jadi liat sisi positif dan jalanin aja. Tak heran bila tak sulit bagi Magya untuk percaya dengan seseorang, karena kacamatanya selalu positif.

Bukan hanya perilaku, interest mereka juga seringkali bertolak belakang. Makanan kegemaran Magya merupakanan makanan yang paling tidak disukai Ceska. Minuman alkohol kegemaran Magya malah membuat Ceska sakit perut saat mencobanya. Kegemaran Ceska merupakan hal yang kurang disukai Magya, sebaliknya, kegemaran Magya terkadang sulit dimengerti Ceska.

Walaupun masing-masing menyadari perbedaan itu, mereka tidak dapat lepas dari rasa saling suka. Ceska memiliki waktu-waktu khusus dimana ia dapat melihat Magya dari kejauhan dan mengamatinya, yaitu saat Magya mengajar balet di kelasnya. Ceska mengamati gaya Magya mengajar yang penuh derai tawa. Ia mengamati cara Magya berjalan, tertawa, bengong, ngupil sampai celingukan. Dan tanpa disadari, Ceska membuat sebuah daftar ’tentang Magya’ di benaknya dan daftar ini dianalisanya setiap malam sebelum tidur. Proses ini yang perlahan-lahan menumbuhkan rasa cinta Ceska terhadap Magya.

Di sisi lain, Magya juga sangat memperhatikan Ceska. Dan didukung jiwa senimannya, Magya mengamati Ceska dengan menggunakan kelima inderanya. Magya mengamati kecantikan Ceska, wangi tubuh Ceska saat mereka berdekatan, kelembutan kulit Ceska saat tak sengaja lengan mereka bersentuhan, suara dan tawa Ceska. Indera kelima disini bukan pengecapan karena mereka belum pernah berciuman, tetapi perasaan. Magya begitu menikmati saat Ceska berdiri di sebelahnya di dalam lift.

Walaupun keduanya saling menaruh hati, prosesnya tidak seindah kisah-kisah di novel atau sinetron. Dibutuhkan waktu yang lama agar hubungan mereka dapat bergerak maju. Ceska yang sulit percaya dengan seseorang, ternyata masih kesulitan untuk membuka hatinya bagi Magya. Ia terlebih dulu menganalisa Magya dengan seksama. Pengamatannnya dilakukan dengan menggunakan data primer, langsung mengamati orangnya dan bertanya langsung ke orangnya, maupun menggunakan data sekunder dengan mengorek informasi dari teman-teman Magya.

Saat Ceska menikmati proses penelitiannya itu, Magya sebaliknya beberapa kali kesal dengan lambatnya proses. Sulit mengajak Ceska keluar berduaan. Selalu ada saja alasan dan kendala bagi mereka untuk berduaan. Padahal saat berduaan mereka dapat lebih saling mengenal. Terkadang pergi bersama teman-teman pun sulit bagi mereka. Saking kesalnya, Magya sempat dua kali memutuskan untuk berhenti mengejar hati Ceska.

Keputusan ini muncul karena Magya melihat Ceska tak berupaya untuk lebih dekat lagi dengannya. Magya menilai Ceska hanya ingin berteman, tak lebih dari itu. Magya pun sempat menduga bahwa Ceska sebenarnya sudah memiliki kekasih. Selama ini ia hanya bersikap sopan padanya. Karena easy going nya, Magya menjadi tak sabar mengikuti proses yang diajukan Ceska. Ia berprinsip go or no go, but don’t waste my time.

Magya tak bisa disalahkan dalam hal ini karena baginya waktu bukan sekedar uang, dengan hal yang dialaminya, tiap detik begitu berharga untuk dilewatkan. Mengikuti proses pendekatan yang berkepanjangan tanpa kepastian jadi atau tidak, terasa buang-buang waktu bagi Magya.



rombengus.14.12.08

Saturday, November 08, 2008

Selingkuh 5 hari.

Sudah hampir 3 tahun Ily menjalin hubungan dengan Read. Hubungan mereka memang tak sempurna (mana ada hubungan yang sempurna?), ada berantemnya, banyak becandanya, ada gila-gilaannya, kadang norak, sampe memprihatinkan. Tapi Ily tetap menjalani hari-harinya dengan Read.

Bagi Ily bisa bertahan berhubungan selama itu merupakan prestasi besar bagi hidupnya. Hubungan dengan mantan-mantannya biasanya hanya berlangsung dalam hitungan bulan, pernah juga dalam hitungan minggu. Mungkin Ily sudah insaf dan menjadi setia? Atau karena malas mencari atau karena jarang berhubungan dengan dunia luar sehingga peluangnya ketemu yang lain juga minim atau karena dikekepin mulu oleh Read jadi Ily gak punya peluang untuk melihat keindahan mahluk-mahluk lain? Entahlah, yang jelas Ily mampu bertahan dengan Read.

Tapi sungguh di luar perkiraan, di saat hubungan mereka sedang sangat sehat, lagi lucu-lucunya, Ily tergoda...

Ily tergoda dengan Ukra. Ukra bukan orang baru dalam hidupnya. Ily bertemu Ukra 2 tahun lalu di suatu acara reuni SMA. Mereka kerap kontak satu sama lain seusai acara reuni tsb. Ukra sebenarnya sudah lama memperhatikan Ily, tapi Ukra urung untuk maju mengetahui Ily sudah berdua. Ily pun awalnya menganggap Ukra sebagai seorang sahabat, tak lebih dari itu. Tapi kenapa Ily tiba-tiba bisa tergoda?

Sepertinya Ily jenuh dengan Read dan terkadang Ily merasa Read merupakan beban baginya. Terkadang Ily merindukan kebebasan untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ily ingin melewati akhir pekan tanpa Read, Ily ingin ke mal belanja sesukanya tanpa ada yang ribut mengingatkan untuk hemat, Ily ingin begadang semaleman tanpa ada telpon masuk yang mengingatkannya untuk tidur. Dalam benak Ily, ada hasrat ingin bebas dari Read...

Tiba-tiba Ukra mencuri perhatiannya. Ukra yang rupawan dengan tingkat kematangan dan kemandirian di atas Read, Ily merasakan ketertarikan yang luar biasa...

Hari pertama perasaan itu muncul, Ily kebingungan... Ia berusaha tetap fokus pada Read, dengan tetap berpikiran bahwa Ukra adalah sahabat, dan Ukra tidak mungkin jatuh cinta padanya. Ily berusaha mati-matian untuk berpikir logis, tapi perasaan Ily tetap berantakan...

Hari kedua, Ily berupaya mencari pembenaran atas perasaannya. Ia mulai mengamati Ukra. Ia berusaha mencari tau apakah Ukra juga mendapat daya magnet terhadap dirinya, atau itu hanya pikirannya saja. Tapi Ily tak menemukan hal-hal yang signifikan. Malamnya, Ily berjanji untuk tetap setia pada Read, walaupun ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya...

Hari ketiga bertolak belakang dengan hari sebelumnya. Kali ini Ukra menunjukkan keinginannya untuk dekat dengan Ily, memancarkan kehangatan dan sangat peduli akan kehadiran Ily. Ukra yang keras dan penuh pendirian, kini meleleh, bahkan cenderung pasrah dan manja di depan Ily. Perasaan Ily pun kembali berkecamuk! Kemarin ia sudah mengerem perasaan itu habis-habisan, dan kini perasaan itu kembali melambung!

Hari keempat, Ily memutuskan untuk pasrah. Pikirnya, apa pun yang terjadi ya terjadilah... Ily sudah terlalu bingung bila harus menjaga hati dan pikirannya terhadap Ukra. Belum lagi Read tiba-tiba kena demam berdarah yang membuat pikiran dan perhatian Ily pecah bercabang-cabang gak keruan. Tetapi di luar perkiraan, sikap Ukra di hari keempat itu kembali menjadi biasa saja. Ukra tak lagi menunjukkan perhatian, kehangatan, atau kedekatan. Ukra menjadi dingin. Mungkin Ukra juga berusaha mengubur perasaannya?

Hari kelima, awalnya Ily masih memikirkan Ukra dan Read. Karena pikiran dan perasaan itu begitu mengganggunya, dan karena tak ada respon dari Ukra sementara Read masih tergeletak sakit membutuhkan perhatiannya. Akhirnya di sore hari Ily memutuskan untuk tetap setia pada Read... Ily berusaha melihat hubungannya dengan Read dari kacamata yang berbeda. Kejenuhannya pada Read tak lagi menjadi hambatan, tetapi dianggapnya sebagai sebuah tantangan bagaimana mengubah kejenuhan itu dengan peristiwa-peristiwa istimewa.

Ily memang belum ngapa-ngapain dengan Ukra. Ily hanya selingkuh pikiran dan hati. Itu pun hanya sejenak, beberapa hari saja. Tetapi Ily merasakan sesuatu yang berbeda pada hidupnya. Ily merasa sensasi ’suka sama seseorang’ yang telah lama tak menghampirinya. Sensasi ’butterflies in the stomach’ yang sudah lama tak dirasainya, sempat bergejolak selama beberapa saat. Ily pun menemukan semangat yang baru, walau sekarang semangat itu bisa menghilang seketika...

Entahlah, soal cinta siapa yang tahu?


:: Rombengus_081108

Monday, September 15, 2008

Lagi grounded ? Nikmatin aja lagi…

Belakangan ini saya sering sakit. Bukan rekor yang baik memang, tapi, mau gimana lagi? Hampir tiap kwartal saya jatuh… Entah jatuh dari tangga jemuran, jatuh di trotoar, jatuh dari panggung, jatuh mulu… Belum lagi si vertigo yang datang dan pergi sesuka hatinya. Dan sekarang saya lagi kena tipus, terpaksa deh grounded lagi…

Bulan lalu saya jatuh di luar kota saat lagi jalan kaki santai. Tadinya niat ke luar kota mau jalan-jalan/liburan, terpaksa ngedekem di hotel doang. Itu karena engsel kaki saya ada yang bergeser akibat jatuh. Saat kembali ke Jakarta, teman-teman saya pada bingung dan prihatin karena saya datang pakai tongkat, kaki dibalut dan pincang-pincang. Sakit memang, tapi saya berusaha menikmatinya dengan berbagai cara. Tongkat saya cat pakai pilox warna pink, yang membuat orang-orang pada noleh. Bukan liat ke saya yang lagi pincang, tapi ke tongkatnya. Hehe…
Saya pun sangat menikmati saat tiba atau keluar dari suatu tempat, karena para penyambut tamu atau sekuriti langsung berusaha membantu saya. Saya pun membuat survey kecil-kecilan, dan ternyata selama hampir 2 minggu saya pincang dan bertongkat, sekuriti di gedung GKBI yang paling menunjukkan kepeduliannya. Mereka sepertinya langsung ingin menggendong saya begitu keluar dari mobil. Dan saat menunggu taksi, mereka mengerahkan segenap kru nya untuk mencarikan taxi, sementara saya tidak boleh keluar dulu (gak boleh jalan jauh-jauh maksudnya). Asik bukan? Seperti boss besar rasanya .

Sekarang saya lagi sakit tipus. Dan ternyata teman-teman sudah banyak yang terlebih dulu terkena. Ada yang 2 kali, dan bahkan ada yang sampai 5 kali. Wah, dia pasti expert sekali dalam hal tipus… Ada pula yang adu parah-parahan, “Dulu tes darah elo, widalnya berapa? Gue pernah +640… trus +420…” Awalnya saya rada bingung melihat reaksi mereka, saya pikir kog mereka malah saing-saingan membanggakan sakitnya?
Saya yang tadinya agak khawatir, kemudian berpikir lain, “Iya ya, gue kan belum pernah sakit tipus, ini bakalan jadi pengalaman baru buat gue!” Dan saya pun berteriak ke teman-teman, “Woi, gue newbie nih di klub… Asik gak sih sakitnya? Perlu siapin berapa novel, berapa game PS selama grounded?” Yang ada malah teman-teman saya yang giliran bingung, “Nih anak sakit kog malah exciting banget?”

Sebenarnya, sakit itu gak enak… dan gak kan pernah enak… Malah ada sakit yang berasa banget sakitnya. Misalnya pas tulang engsel kaki saya ditarik sama dokter (untuk dibalikin ke posisinya), rasanya luar biasa sakit. Tapi saya selalu berpikir segala sesuatu ada waktunya, dan bila sudah waktunya sakit ya sakit… kita gak bisa nolak itu biar gak terjadi…

Saya hati-hati banget kog waktu jalan kaki di luar kota itu, jalannya pelan-pelan, malah tangan kanan bergandengan dengan seorang teman, tapi tetep aja bisa jatuh… Saya termasuk jarang jajan, karena toch makan siang disediain kantor dan saya jarang makan malam. Tapi toch bisa kena tipus…

Selain itu, sakit membuat saya merasa bersyukur atas kehadiran orang-orang di sekitar saya. Misalnya, saya gak pernah jatuh saat sendirian di rumah atau sendirian di suatu tempat. Pasti ada teman/sodara di sekitar saya… Waktu vertigo saya kambuh dengan parahnya, pasti ada orang lain di sekitar saya. Dan yang melihat saya mengalami gejala-gejala tipus ya teman saya…

Sakit juga membuat saya beristirahat
. Tanpa disadari fisik dan pikiran kita sudah letih berlebihan, tetapi semangat yang membuat kita bertahan. Dan dengan diberi kesempatan sakit oleh Nya, berarti sudah waktunya kita beristirahat. Sakit mengajari kita hidup lebih seimbang…

Anda juga lagi grounded karena sakit sekarang? Nikmatin aja lagi…

rombengus_130909

Sipe, si pengadu…

Kalau sebelumnya Rombengus pernah bercerita mengenai James, si pengadu, kali ini kisahnya Sipe yang juga punya kebiasaan buruk ‘suka mengadu’… Dan ternyata ngadu-mengadu ini tak terpaut pada gender, semua orang bisa saja suka mengadu.

Sipe ini seorang gadis biasa, berperawakan cukup manis, berusia pertengahan 30-an. Ia berasal dari keluarga sederhana yang berambisi menjadi orang kaya dalam waktu secepat-cepatnya. Ia bekerja di sebagai asisten manajer proyek sebuah perusahaan jasa konstruksi tahan gempa di Jakarta.

Pada awalnya Sipe dapat bekerja dengan baik dengan semua rekannya. Waktu itu rekan-rekan sekerjanya tak ada yang menyadari sifat suka mengadunya itu. Tapi lambat laun satu per satu rekannya mengetahuinya (ada yang melihat ataupun menjadi korban) dan malas untuk dekat-dekat dengannya. Misalnya saat meeting mingguan membahas perkembangan suatu proyek konstruksi, saat giliran Sipe mempertanggungjawabkan pekerjaannya, ia hanya menonjolkan pencapaiannya yang hebat-hebat saja dan menyembunyikan kegagalannya dengan cara meng-highligt kesalahan/kegagalan orang lain.

Saat pekerjaan proyek renovasi sebuah rumah mewah mundur dari jadwal yang telah ditetapkan. Sipe bukannya meminta maaf kepada team-nya dan mengajak rekan-rekan team untuk dapat membantunya menyelesaikan proyek itu, ia malah mengungkapkan rekannya si A yang juga gagal di proyek X, rekan si B yang juga mundur pengerjaannya di proyek Y, dst. Dan bukan hanya pada saat review mingguan saja, Sipe juga kerap mendekati si Boss untuk mengadukan rekan-rekan satu team atau dari team yang lain.

Yang membuat sifat mengadu ini bertambah parah adalah sifat Sipe yang selalu fokus pada kesalahan orang lain, ibarat ‘kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak.’ Dan keadaan menjadi tambah mengenaskan karena boss nya yang moody itu selalu percaya pada ocehan Sipe. Dan Sipe yang suka gaul itu juga dekat dengan pimpinan lainnya yang memudahkannya melancarkan aksi ngadu ini – ngadu itu… Dan, lagi-lagi, banyak pimpinan di perusahaan konstruksi itu yang begitu mudah mempercayai Sipe, mungkin karena wajahnya yang innocent atau cara berbicaranya yang sangat meyakinkan.

Sebagai akibatnya, rekan-rekannya ogah untuk dekat dengannya. Bahkan rekan-rekan satu teamnya sepakat untuk ‘kalau ada apa-apa, gak usah kasih tau Sipe…’

Kasus Sipe ini berbeda dengan James, walaupun mereka sama-sama suka mengadu. Ada 2 hal yang menyebabkannya suka mengadu:

1. Ambisi ingin menjadi nomor satu. Ambisi ini dimiliki Sipe sedari kecil. Ambisi ini positifnya dapat membuatnya -sebagai seorang gadis yang tumbuh di Kalimantan dengan kehidupan yang sederhana dan pendidikan biasa saja- datang ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dengan penghasilan yang baik pula. Setelah ia memperoleh semuanya itu, ambisinya tak berhenti sampai di situ, kini Sipe berusaha menjadi nomor 1 di kantornya. Sayangnya hal ini ditempuhnya dengan jalan kurang bijaksana, dengan mengadukan rekan-rekannya satu per satu, dengan sikut sana-sikut sini. Sipe tidak menyadari bahwa ia telah menyakiti rekan-rekannya…

Sifat ini semakin menjadi karena boss nya gemar membandingkan seseorang dengan orang lain. Sipe bukan hanya kesal dibandingkan tetapi juga membenci orang yang menjadi pembandingnya itu dan berusaha mati-matian menunjukkan kepada si boss bahwa dirinya jauh lebih baik daripada si pembandingnya, tentu dengan cara mengadukan keburukan orang tsb…

Saat ketahuan mengadu dan seorang rekannya menanyakan motivasinya, Sipe bak malaikat menjawab bahwa niatnya mulia. Ia menginginkan improvement… Ia ingin rekan kerjanya improve, menjadi lebih baik. Dan ia ingin perusahaan konstruksi itu juga improve… Tetapi saat rekannya balik bertanya, “Oke saya akan improve, kamu sendiri improvement nya apa? Dari tahun lalu kamu lupa melulu… Banyak pekerjaan yang belum selesai sampai berbulan-bulan… bla bla bla…” Sipe tak bisa menjawab. Karena ia memang tidak pernah melihat gajah-gajah di pelupuk matanya….

2. Ambisi pribadi yang belum terselesaikan. Bukan hanya ingin menjadi nomor 1 di tempatnya bekerja, Sipe juga memiliki target pribadi yang terus diperjuangkannya. Tetapi sayang hingga kini banyak targetnya yang belum kesampaian. Salah satunya adalah menikah. Sebenarnya Sipe telah berpacaran selama 11 tahun. Tetapi hingga kini pria itu tak kunjung melamarnya. Sipe yang cinta mati dengan pemuda itu enggan memaksa si pemudia untuk segera dinikahi, karena Sipe takut pria itu akan kabur bila dipaksa. Empat tahun terakhir Sipe stress berat dengan statusnya ini… Cinta membuatnya terhenti di puncak rel rollercoaster. Pria itu tak urung membawanya turun, menyelesaikan cinta itu hingga ke pelaminan.

Target lainnya yang belum kesampaian adalah menyelesaikan studinya. Masih 2 tahun yang harus ditempuh Sipe untuk mendapatkan gelar idamannya. Dan ia sendiri terpusingkan dengan itu. Kuliah belum kelar, si pria belum melamar, belum menjadi nomor 1 di kantor/kampus…

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan target dan planning pribadi yang Sipe buat. Yang menjadi permasalahan adalah cara dan proses mencapainya. Untuk menjadi nomor 1 di kantor, bisa dilakukan dengan cara yang fair. Bekerja sebaik mungkin, tanpa perlu pusingkan kinerja orang lain. Gak perlu ngurusin orang lain. Gak perlu menikam teman dari belakang demi sebuah pujian dari atasan…

Dan untuk dinikahi kekasihnya, Sipe perlu memberanikan diri untuk mengutarakan isi hati pada kekasihnya. Mungkin sedikit ancaman dapat membuat kekasihnya yang peragu itu berpikir untuk cepat-cepat menikah. Untuk kuliah yang belum selesai, toch itu adalah keputusan Sipe sendiri untuk melanjutkan studi. Seharusnya ia sudah siap dengan konsekuensinya, termasuk lama waktu penyelesaiannya.

--------

Untuk kita sendiri, banyak orang yang berambisi besar di sekitar kita. Dan banyak dari mereka yang belum dewasa, emosinya belum stabil dan kurang bijaksana, sehingga proses mereka meraih ambisi tersebut merugikan orang lain… bisa jadi kita yang kena dampaknya.

Bila kita menjadi si korban, bila kita cukup dekat dengannya, kita dapat menegurnya. Tetapi bila keadaan tidak memungkinkan sebaiknya kita menjauhi orang tersebut. Karena yang ada niat baik kita dianggap negatif dan malah dimusuhi. Bila kita menjadi si korban dan telah ditikam dari belakang, tidak ada salahnya menjelaskan situasi yang sebenarnya ke si boss, agar si boss mendapatkan pandangan yang lebih terbuka.

Bila kita lah pelakunya, tak ada yang salah bila kita berambisi untuk mengapai sesuatu. Tetapi kita perlu melihat apakah hal tersebut memang mampu kita capai dan bagaimana proses pencapaiannya. Saya yakin setiap agama mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada sesama dan saling mengasihi. Menikam teman dari belakang, mengadukan teman demi kepentingan pribadi dan menyakiti teman bukan lah hal yang disukai Tuhan…

rombengus_110909

Saturday, July 12, 2008

Love is more than a feeling, it’s a commitment


Minggu lalu seorang mantan klien ngajak ketemuan, rupanya dia pingin curhat… Dia tak lagi menjadi klien karena kini telah berwiraswasta dengan membuka 2 buah distro (distribution outlet) di Bandung. Bisnis distro ini memang makin marak, apalagi karena dukungan kuat dari pemerintah dalam mengembangkan industri kreatif.

Mantan klien itu, sebut saja si CR, curhat mengenai hubungannya dengan suaminya yang telah 7 tahun dinikahinya dan telah memberinya 2 orang putra. Ia kini telah berpisah dengan suaminya, walaupun belum resmi bercerai. Ia memutuskan berpisah karena tidak menemukan kebahagiaan yang seutuhnya. CR merasa empty... Hidupnya sebagai seorang istri, ibu dan pengusaha memang dapat dilakoninya dengan sangat baik, tetapi ada kekosongan dalam lubuk kecilnya…

“Dulu sebelum nikah gue punya pacar lain. Tapi akhirnya gue putusin nikah dengan tuh orang. Dulu sebenarnya gue bingung banget mutusin nikah dengan suami gue yang sekarang atau dengan mantan gue itu. Masing-masing ada plus minusnya, dan masing-masing buat gue bahagia dengan cara yang beda,” tuturnya.

“Suami gue yang sekarang bisa muasin otak kiri gue. Mantan gue itu bisa muasin otak kanan gue…”

Saya sempet bingung dengan statement nya ini. “Maksudnya kalau dari segi logika (otak) yang unggul suami yang sekarang, dan kalau hati yang bicara yang unggul si mantan?” tanya saya kebingungan.

“Hati gue sih sama-sama aja. Cinta-cinta aja sama dua-duanya… Tapi, gue rada bingung juga.. Cinta itu apa yah? Bukannya logika dulu baru cinta? Bukannya cinta bisa diciptakan setelah hubungan mulai?”

Duh, ini pertanyaan klasik yang teori-teorinya terus digosok melalui tulisan, film, novel dan aneka media yang dapat mengungkapkan perasaan manusia. Saya sendiri bukan seorang expert dalam konsep asmara karena menurut saya love is a matter of doing, not a theory.

Intinya CR tidak melihat cinta sebagai suatu dewa yang patut diagungkan. Dia menyukai keduanya (suami dan mantan kekasihnya) dan menyayangi keduanya. Dan akhirnya dia memutuskan menikahi suaminya yang sekarang.

Sampai di sini cukup clear, tapi, apa yang dimaksud dengan memuaskan otak kiri dan otak kanan?

Ternyata CR memiliki hidden ambition yang ingin cepat-cepat diwujudkan. Ia jenuh bekerja sebagai PNS selama 10 tahun. Jenuh dengan birokrasi dan KKN. Rasanya 2 hal ini paket wajib yang masih melekat di organisasi pemerintahan kita. Entah sampai kapan… CR berpikir suaminya yang sangat mapan itu pasti akan dapat membantunya mewujudkan ambisinya membuka butik. Dan memang benar, impiannya itu dapat tercapai. Kini 2 buah butik distro dimilikinya. Dan ia tengah merintis yang ketiga.

Ini yang disebut dengan memuaskan otak bagian kiri versi CR. “Bukannya mantan gue gak bisa penuhin itu, tapi kayaknya bakal lama. Mungkin baru 5 tahun lagi kesampean…”

Walaupun demikian, masih ada sisi kecil di hati CR yang merindukan mantan kekasihnya, “Mantan gue itu gila banget. Lucu banget. Baek banget, kagak suka bentak-bentak, gak kayak suami gue ini. Mantan gue suka punya ide gila dan orangnya spontan. Dia pernah mo nunjukin sesuatu di Belitung. Karena pingin banget, langsung aja kita ke bandara, beli tiket dan pigi. Gila kan?! Pokoknya dengan dia sisi wild gue bisa tersalurkan! Sisi kreatif gue bener-bener terpuaskan!” Ucapnya sambil tersenyum dengan mata berbinar-binar.

Hmm… dia benar-benar masih mengingat mantannya…

“Coba aja mereka berdua bisa digabung. Wah, bahagia banget gue! Or at least gue bisa nikahin keduanya. Poliandri boleh kan? Hahaha…”

Saat meminta masukan dari saya, terus terang saya gak bisa bicara banyak. Saya cuma bisa bilang bahwa pertama-tama dia harus mengucap syukur karena berhasil menemukan orang-orang yang dapat membuatnya bahagia.. Ada banyak orang yang gak atau belum menemukan pujaan hatinya. Banyak orang yang masih menanti…. Dan CR juga perlu bersyukur karena dapat menikahi salah satu pujaan hatinya. Menikah dengan orang yang ia sayangi. Ada banyak orang yang menikah karena terpaksa, menikah dengan orang yang gak disukai.

Selain itu, gak semua yang kita inginkan dapat terwujudkan kan? CR menginginkan kedua pria itu digabung, gimana cara ngegabunginnya? Atau, ia pingin menikahi keduanya. Apa suaminya yang sekarang bakal setuju dijadiin suami kedua? Pasti gak mau.

Dan untuk memilih satu diantaranya, menurut saya CR telah membuat keputusan 7 tahun yang lalu. Ia memilih menikahi suaminya yang sekarang. Keputusan ini adalah suatu komitmen, yang harus ia pegang teguh. Apalagi CR memutuskan menikah dengannya. Menikah kan komitmennya seumur hidup…

Memang sih, CR merasa empty karena ia merindukan sosok mantannya yang bisa memicu adrenalin berpetualang dan kreatifitasnya. Dan sosok itu tak ia temukan dalam diri suaminya. Tapi seharusnya CR menyadari ini 7 tahun yang lalu, saat ia membuat keputusan. Yang ia alami sekarang adalah konsekuensi dari pilihannya.

“Emang gue salah ya sayang sama 2 pria sekaligus? Emang gue salah ya kangen dengan mantan gue?” tanyanya dengan wajah sedih bercampur bingung.

Menurut saya, CR gak salah jatuh cinta dengan 2 pria sekaligus karena memang kita gak bisa nebak akan jatuh cinta sama siapa. Dan sekedar kangen dengan mantan sih gak ada masalah, tetapi bila masih menyimpan rasa ingin memiliki, itu yang perlu diwaspadai.

CR terdiam, wajahnya makin sedih. Tapi tiba-tiba dia mengalihkan pembicaraan ke urusan operasional bisnis. Meminta berbagai nasihat termasuk mengajak join di bisnis butiknya. Seakan ingin berlari dari masalah cintanya dengan menyibukkan diri dalam bisnis. Mengisi kekosongan hati dengan bisnis.


:: rombengus 120708

Friday, July 11, 2008

Unleash your partner


Seorang teman paling suka memonitor kekasihnya. Kalau lagi jalan bareng dengannya, hampir tiap jam kekasihnya ditelpon dengan bertanya, “Lokasi?” (maksudnya berada dimana saat ini). Seorang teman lain tiap tiga jam menelpon kekasihnya. Sama juga, dia ngecek keberadaannya. Begitu angkat telpon langsung nanya, “Lagi ngapain?” atau “Dimana?”

Karena sering melakukan ini, saya sempat berpikir teman-teman ini kayak polisi lalu lintas aja yang kewajibannya memantau apakah kekasihnya tetap mematuhi peraturan atau tidak. Siapa tahu ada penyimpangan seperti perselingkuhan kecil terjadi?

Seorang sahabat yang saya ceritain soal ini ngakak dan mulai ikutan memonitor saya. Dia tiba-tiba jadi sering nelpon dan bertanya, “Lokasi dimana? Koordinat berapa?” Sialan… emang lagi dimana pake koordinat segala? Hehehe…

Lebih ekstrim lagi, ada pula seorang teman yang akhirnya memutuskan untuk sekantor bareng dengan kekasihnya. Mungkin dengan ini mereka bisa bertemu 24 jam sehari (di rumah dan di kantor) dan bisa saling memonitor selama 24 jam non stop! Hmm… kalau begini mereka bukan lagi seperti polisi, tetapi…

Di dunia manajemen, para praktisi (dan akademisi) sepakat bahwa saat ini kita sudah memasuki era pengetahuan, dimana kini setiap orang diperlakukan sangat manusiawi dengan anggapan mereka sudah mandiri sehingga fokusnya pada pengembangan talent mereka.

Kini bukan lagi jamannya monitoring seperti di era industri. Di era ini kita malah perlu meng-empower rekan kerja dan bawahan kita, meng-unleash talent mereka. Talent di sini bukan berarti bakat seperti melukis, menjahit, atau melamun, tetapi potensi diri. Bukan pula talent di industri hiburan/periklanan yang berarti artis/aktor.

Konsep empowerment atau unleash talent ini juga dapat kita terapkan dalam berhubungan. Kita tidak perlu lagi memonitor pasangan secara terus-menerus, tetapi membantunya mengembangkan potensi diri agar ia bisa optimal dalam menjalani hari-harinya.

Untuk melakukan ini diperlukan 2 hal utama, yaitu percaya (trust) dan dukungan (support). Kita percaya bahwa pasangan kita baik-baik saja, gak nyolek kiri-nyolek kanan, gak lagi mabok di pinggir jalan, tetapi sedang berjuang untuk mencapai cita-citanya. Dan kita wajib mendukungnya dalam proses itu.

Sifat seperti posesif atau over protected jelas-jelas kurang mendukung proses unleashing-your-partner-talent ini, karena sifat tersebut menunjukkan kita masih mendahulukan ego kita. Mind set kita masih “saya” dan pasangan hanya sebagai ‘obyek’ yang dimonitor. Kasarnya, pasangan kita tak lebih dari bawahan di era industri yang perlu diawasi terus-menerus. Apa hubungan seperti ini yang kita kehendaki?

Bayangkan bila keduanya (sepasang kekasih) saling unleash-their-talent berarti keduanya saling percaya dan saling mendukung satu sama lain. Fokus mereka pun berubah dari mendahulukan ego masing-masing menjadi “kita”. Dan yang muncul kemudian adalah saling melengkapi, saling mengisi, saling mengasihi..

Bila ini terwujudkan, mungkin teman saya akan menelpon kekasihnya dengan bertanya, “Bagaimana perjuangan dalam mencapai cita hari ini?” hehe.. mungkin ga sepanjang ini kali… Tapi mungkin bertanya dengan care “How’s life?” dan kemudian perbincangan seputar sharing kisah mereka masing-masing. Bukan lagi monitoring…


Love is about giving. Give love to the fullest…


:: rombengus 060708




d