living life and love to the fullest...

Thursday, September 27, 2007

Saya juga suka mengeluh…

Dua minggu yang lalu seorang rekan -yang termasuk barisan orang yang diagungkan di kantor- mengkritik perusahaan. Kritik bukanlah suatu hal yang salah untuk dilakukan. Tetapi mengkritik dalam pertemuan mingguan tanpa memberikan solusi –sebatas mengumbar kekurangan kantor- bukanlah hal yang bijaksana.

Ia memprotes keras ketidakmampuan perusahaan membentuk budaya berbasis pengetahuan. Ia mengkritik budaya perusahaan yang dianggapnya buruk. Ia terus berkomentar selama lebih kurang 10 menit, tanpa memberi sebuah solusi. Yang ada malah dapat membuat rekan-rekan lainnya menurun motivasinya untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Kemarin, orang yang sama –yang juga masih diagungkan di kantor- kembali mengumandangkan keluhannya atas kantornya sendiri. Ia mengeluh mengapa buku-buku di perpustakaan dibiarkan dalam kaca, tidak dibiarkan terbuka agar setiap orang dapat memegangnya. Ia mengeluh keras, “Katanya perusahaan world-class, tetapi kog mentalnya masih kampungan!”

Tak puas sampai di situ, ia membandingkan perusahaan tempatnya bekerja dengan perusahaan-perusahaan di Amerika. Memang ia pernah bekerja dan bermukin di negeri paman Sam selama bertahun-tahun, tetapi mengumandangkan keluhan sekeras-kerasnya -apalagi di depan anak baru- juga merupakan sikap yang kampungan! Akhirnya saya terpaksa mengklarifikasi pernyataan dan keluhan orang tsb ke anak baru, agar ia tidak terpengaruh.

Lepas dari betul-tidaknya keluhan tersebut, lepas dari mengapa ia begitu diagungkan di kantor padahal ternyata suka mengeluh, dua kejadian itu seperti menyadarkan saya akan pentingnya menjaga ucapan kita. Keluhan-keluhan yang dilakukan memang memang merupakan hal yang manusiawi, tetapi ternyata perlu dipikirkan cara menyampaikannya.

Mengumbar keluhan kesana-sini terbukti tidak memecahkan masalah. Orang yang mendengar malah dapat berpersepsi negatif pada kita dengan menganggap kita sebagai ‘si pengeluh.’ Dan orang lain juga bisa terpengaruh dengan keluhan kita sehingga mempengaruhi kinerja mereka.

Untuk saya sendiri, kejadian tersebut membuat saya tersadar bahwa saya sendiri pun masih sering melakukan hal itu. Saya sendiri masih suka mengeluh dan menyalurkannya dengan cara yang masih kurang bijaksana. Saya mengeluh kekurangan-kekurangan kantor. Saya mengeluh jalanan ibukota yang sering macet. Saya mengeluh pemerintah Indonesia yang amit-amit. Saya mengeluh ini-itu…

:: rombengus 270907


d