living life and love to the fullest...

Monday, August 20, 2007

The golden boy, the golden girl

Apakah Anda sebagai pimpinan mempunyai the golden boy atau the golden girl di tempat kerja Anda? Atau mungkin rekan sekerja Anda yang dijadikan golden person tersebut oleh atasan?

Fenomena dimana pimpinan menjadikan seseorang sebagai manusia emas bukan hal baru dan merupakan hal yang sangat manusiawi. Fenomena ini diawali ketertarikan seseorang terhadap orang lain. Dan kemudian tumbuh trust pada orang tersebut. Dan dengan trust yang tinggi, seorang pimpinan dapat menspesialkan seseorang. Ia memberi orang itu tanggung jawab, wewenang dan fasilitas yang lebih dari standar/kebiasaan.

Dari segi psikologis, setiap orang punya kecenderungan untuk menyukai suatu hal dibanding hal-hal lainnya. Setiap orang memiliki preference. Misalnya si A suka warna biru daripada warna-warna lainnya. Atau si B yang lebih suka kekasih wanita berambut panjang. Atau si C yang lebih suka tinggal di landed house daripada di apartemen.

Di film Invicible, ada seorang pelatih yang berkata, “I play no favorite” pada anggota teamnya. Tetapi tetap saja pada akhirnya ia menjadikan Vince Papale, pemain dengan nomor punggung 83, sebagai jagoannya alias the golden boy.

Sebagai pimpinan yang juga manusia, sangat wajar bila mereka cenderung untuk memfavoritkan salah satu bawahannya dibanding bawahan-bawahan lainnya. Alasannya bisa bersifat subyektif seperti lebih klop dalam bekerja, lebih nyambung saat diajak bicara, latar belakang yang mirip, perilaku yang serupa. Maupun alasan yang bersifat obyektif seperti kemampuan orang tersebut yang bisa diandalkan dan dibutuhkan perusahaan, latar belakang orang tersebut yang menguntungkan perusahaan, atau bisa saja orang tersebut dapat mengambil hati pimpinan.

Yang paling menarik dari fenomena ini adalah reaksi rekan-rekan terhadap si manusia emas. Ada yang geram, menggosipkan, mencibir, meremehkan, sampai tak bisa menerima kehadiran si manusia emas. Tapi ada juga yang memberi respon cuek seperti Rombengus, “Mau emas kek, perak kek, perunggu kek, emang gue pikirin?” Dan pada akhirnya mereka sepakat pada keputusan, “Biarin aja deh dia di-favorit-in, kita lihat aja dia bisa atau nggak... Liat aja kinerjanya gimana...”

Memang, pada akhirnya waktu jua yang membuktikan apakah manusia emas itu benar-benar ampuh dan murni seperti emas…

Dari pengamatan Rombengus terhadap manusia-manusia emas di sekitar Rombengus, tak sedikit dari mereka yang ternyata tidak seperti emas. Ada yang ternyata kompetensinya biasa-biasa saja, pekerjaannya banyak yang ‘meniru’ atau mengambil konsep dari orang lain. Lucunya setelah ketahuan kelemahannya ini, dia tetap diemaskan oleh atasan karena pintar bicara. Ada yang setelah diagungkan, kemudian ternyata perilakunya malah melanggar etika sehingga harus meninggalkan arena pertempuran. Ada pula yang berusaha menjual dirinya dengan segenap cara agar bisa menjadi anak emas pimpinan. Proses menjual diri ini dilakukan mulai dari pamer kemampuan (sampai kadang terkesan norak, walaupun ia tidak sadar akan hal itu) sampai upaya jilat sini-jilat situ.

Dari segi si manusia emas itu sendiri, sebenarnya mereka gimana sih? Enak gak sih jadi manusia emas?

Rombengus pernah beberapa kali menjadi manusia emas. Awalnya Rombengu tidak tahu bahwa itulah yang disebut dengan manusia emas. Rombengus malah merasa dicemplungin dalam suatu pekerjaan yang membutuhkan tanggung jawab dan wewenang yang tinggi. Di satu sisi kebanggaan itu ada, tapi di sisi lain tentu saja ada ketakutan seandainya hal negatif yang terjadi (pekerjaan/proyek berjalan tidak sesuai rencana).

Untung saja Rombengus terlahir sebagai manusia cuek (teman-teman menjulukinya ‘autis sempurna’ alias cuek banget. Hehe..) sehingga Rombengus tidak memikirkannya. Saat itu Rombengus hanya fokus dengan menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya. Dan seperti layaknya kisah dongeng yang selalu happy ending -yang membuat produser gerah sehingga membuat film Happily Never After- Rombengus dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Vince Papale juga serupa, ia tak perduli dengan julukan apa pun. Ia tak perduli dengan omongan orang. Ia fokus dengan bermain football sebaik-baiknya. Dan akhirnya ia dapat membawa teamnya menjadi juara setelah bertahun-tahun selalu kalah.

Tulisan ini hanya berusaha mengatakan bahwa bila Anda saat ini kebetulan menjadi seorang golden boy atau golden girl, fokus saja dengan memberikan kontribusi yang terbaik. Cuekin aja perkataaan/sikap orang yang kurang menyenangkan… Bila Anda sedang kesal karena Anda seakan-akan menjadi manusia nomor dua setelah si manusia emas, stay cool dan tetap bekerja sebaik-baiknya. Beri kesempatan si manusia emas itu untuk membuktikan dirinya… Dan bila saat ini Anda sedang berjuang untuk menjadi manusia emas, tenang aja bung! Segala sesuatu ada porsinya. Mungkin itu bukan porsi Anda?

:: rombengus 190807

d