living life and love to the fullest...

Thursday, April 02, 2009

Corong bagi si tangan kiri

Dalam hal memberi sering kita dengar istilah ‘saat tangan kanan
memberi, tangan kiri gak perlu tau’.  Walaupun dalam beberapa kondisi
jarak antara tangan kanan dan tangan kiri saling berdekatan, misalnya
saat melipat tangan, tetapi pada saat memberi tangan kiri tak perlu
tau.

Hal itu disebabkan diperlukan ketulusan dalam memberi, bukan mengambil
kesempatan untuk mempublikasikan diri dari pemberian tersebut. Namun
dalam kondisi tertentu, kita seringkali berperan menjadi si tangan
kiri, atau corong bagi si tangan kiri…

Misalnya saja si Garu yang suka membantu keluarganya dengan memberi
mereka uang. Karena karakternya banyak bicara, setiap pemberian ia
ceritakan ke orang-orang di sekitarnya. “Gue abis kirim uang nih buat
nyokap,” ujarnya suatu kali. “Gue mo bayar uang sekolahnya anak asuh
dan ponakan gue nih,” atau “Iya nih, sodara di kampung perlu duit,
jadi gue kirim aja.”  Pernyataan itu kemudian direspon oleh
teman-temannya, sehingga Garu terpancing untuk menceritakan hal itu
sedetil-detilnya…

Hebatnya lagi, teman-teman si Garu juga tipe yang talk active alias
tukang gosip sehingga berita itu tersebar seantero jagat. Garu pun
terkenal sebagai seorang gadis yang dermawan, suka membantu keluarga.
Dalam hal ini, secara sadar atau tidak, teman-teman Garu telah menjadi
corong bagi si tangan kiri…

Di sisi lain, Plingpling juga terbeban membantu keluarganya, tetapi ia
tak pernah memberitakannya ke orang lain. Ia membantu mulai dari
belanja bulanan ibunya, bayar listrik, telepon, pam, ongkos ayahnya,
dsb. Tetapi karena Plingpling diam dan sama sekali tidak memberi
peluang bagi tangan kiri untuk tahu dan berkicau, image Plingpling
hanyalah dianggap sebagai ‘orang biasa’ di mata teman-temannya, tidak
dermawan seperti si Garu.

Padahal kalau dihitung nominalnya, Plingpling memberi jauh lebih besar
dari Garu. Setiap bulan rata-rata Garu memberi 500 ribu dari gajinya
yang 5 juta untuk keluarganya, atau sekitar 10% dari total
penghasilannya. Sementara Plingpling memberi 1 juta dari
penghasilannya yang 3 juta rupiah, atau sekitar 35%. Tapi, again,
orang-orang tak tahu hal ini karena Plingpling diam dan memberi dengan
tulus. Sudah menjadi bagian dari dirinya untuk membantu keluarga,
tanpa perlu mengekspos diri agar dipuji dari pihak luar.

Makna dari kisah ini adalah peran kita sebagai teman. Kadang tanpa
sadar kita membiarkan si tangan kiri show off. Saat Garu mulai
menceritakan berbagai pemberiannya, sudah sepatutnya kita senyum saja,
tanpa perlu bertanya detil (jangan beri kesempatan si tangan kiri
pamer). Paling sekedar bilang, “Baguslah, berkat memang untuk dibagi…”

Dan kadang kita malah menjadi corong bagi si tangan kiri. Untuk kasus
Garu misalnya, saat tau bahwa ia sering membantu keluarga, kita malah
menyebarkan hal itu ke orang lain, “Si Garu tuh baik baek suka bantu
keluarganya,” atau “Garu  perlu dicontoh, dia mau bayarin sodaranya,
ibunya, dll. Hebat deh dia.”

Hal memberi adalah hal pribadi seseorang dengan pihak yang diberi, dan
dengan Tuhan yang mengajarkan proses memberi. Jangan biarkan proses
ini terganggu ketulusannya dengan peran negatif dari diri kita.


rombengus310309

d